Mengenal apa itu Anglophonic
Literature from Africa
Anglophonic
Literature adalah karya sastra yang ditulis dalam bahasa Inggris dan berada
di daerah bekas jajahan Britania Raya. Contohnya dalam cerpen The Will of Allah dan Civil Peace yang memiliki latar di salah
satu daerah di Afrika. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Afrika merupakan
bekas jajahan Inggris.
Tidak menutup kemungkinan karya sastra tersebut memiliki
keterkaitan secara historis dengan Britania Raya dan mengadopsi karya-karya
sastra dari Inggris itu sendiri dalam hal teknik penulisan.
Kami kan membahas tentang
The Will of Allah karya David
Owoleye dan Civil Peace karya Chinua
Achebe yang merupakan termasuk dalam Anglophonic
Literature from Africa dari mulai unsur intrinsik, Simbolisme, Historical context, dan pesan moral yang
terkandung dalam kedua cerpen ini.
Unsur Intrinsik dalam Cerpen The Will of Allah
Cerpen karya David Owoyele ini memiliki unsur spiritual
yang kental. Dilihat dari judulnya saja kita bisa menyimpulkan demikian.
Menceritakan dua sekawan bernama Sule dan Dogo. Mereka adalah pencuri yang
sudah berpengalaman dalam bidangnya. Sudah berapa rumah yang mereka singgahi
dan sudah berapa korban yang mereka kecewakan.
Sule
digambarkan sebagai tokoh yang lebih dominan dibandingkan tokoh Dogo. Terlepas
dari profesinya sebagai pencuri, Sule merupakan sosok yang agamis. Hal ini
dapat diketahui dari kutipan berikut: A darting tongue of lightning lit up the overcast
sky for a second. Sule
glanced up. 'Sure it looks like rain. But you do not say: It will rain. You are
only a mortal. You only say: If it is the will of Allah, it will rain.' Sule
was a deeply religious man, according to his lights. His religion forbade being
dogmatic or prophetic about the future, about anything. His fear of Allah was
quite genuine. It was his firm conviction that Allah left the question of a means
of livelihood for each man to decide for himself. Allah, he was sure, gives
some people more than they need so that others with too little could help
themselves to some of it. It could certainly not be the intention of Allah that
some stomachs remain empty while others are overstuffed. Kita bisa mengetahui bahwa Sule adalah sosok yang taat
dalam beragama dari segi narrative dan dramatic (dialog). Berbeda dengan Sule,
Dogo merupakan sosok yang berpostur pendek, memiliki sifat yang lugu dan
menyebalkan. Hal ini dapat diketahui dari kutipan berikut: 'How can you be sure?'
'Sure?' said Dogo, annoyance and impatience in his voice. Dogo is the local
word for tall. This man was thickset, short and squat, anything but tall.
Hal
menarik yang terdapat dalam cerpen ini adalah keteguhan hati Sule dalam
memegang prinsip bahwa tidak ada yang perlu ditakuti selain Allah. Ada dialog
dimana Sule dihakimi di pengadilan karena ketahuan mencuri dan ia menjawab
pertanyaan hakim dengan jawaban yang nyeleneh
tetapi benar dan membuat hakim bingung. Seperti dalam kutipan You and your type constitute a threat to life and
property and this court will always see to it that you get your just deserts,
according to the Law.' The judge had then fixed him with a stern gaze, which
Sule coolly returned: he had stared into too many so- called judges' eyes to be
easily intimidated. Besides, he feared no-thing and no one except Allah. The
judge thrust his legal chin forward. 'Do you never pause to consider that the
road of crime leads only to frustration, punishment and suffering? You look fit
enough for anything. Why don't you try your hand at earning an honest living
for a change?' Sule had shrugged his broad shoulders. 'I earn my living the
only way I know,' he said. 'The only way I've chosen.
Cerpen
ini memiliki sudut pandang orang ketiga dimana sang narator memperlakukan kedua
tkoh utama dalam cerpen ini dengan adil. Kedua tokoh ini dimunculkan sisi baik
dan buruk mereka dengan jelas.
Adapun
alur yang terdapat pada cerpen ini adalah maju-mundur-maju. Ini dibuktikan
dengan pembuka yang menggambarkan keadaan mereka pada saat itu yaitu pada malam
hari yang diterangi bulan, seketika itu cuaca berubah menjadi mendung. Lalu
dilanjutkan dengan alur mundur yaitu ketika Sule disidang oleh hakim di
pengadilan karena kasus pencurian. Itu merupakan penggambaran betapa seringnya
Sule keluar masuk bui dan ia sudah menganggap penjara seperti rumahnya sendiri. Setelah itu, alur kembali maju yaitu ketika mereka
menyebrangi sungai menuju pemukiman warga untuk mencuri.
Simbolisme dalam Cerpen The Will of Allah
Cerita
ini juga memiliki berbagai simbol yang bisa kita interpretasikan. Adapun
simbol-simbol yang terdapat dalam cerpen ini yaitu:
a.
Sosok Sule:
merupakan simbol keberanian dan sosok manusia pada kehidupan nyata yang
memiliki dua sisi berlawanan, baik dan buruk.
b.
Sosok Dogo:
merupakan simbol keluguan. Dalam sikap lugu dari tokoh Dogo menggambarkan
hakikat manusia yang jauh dari sempurna.
c.
Hujan dan kematian:
menggambarkan suatu kejadian atau tragedi yang bisa terjadi kapan saja tanpa
diduga-duga oleh manusia. Dalam cerpen ini hujan diinterpretasikan sebagai
kematian kedua tokoh tersebut.
d.
Ular dan malam:
Ular disini diartikan sebagai orang Afrika itu sendiri. Kami
menginterpretasikan bahwa penulis berusaha menyampaikan pesan kepada para
pembaca bahwa bangsa Afrika merupakan bangsa kulit hitam yang gelap dan
membahayakan. Oleh karena itu, janganlah menganggap remeh orang Afrika. Adapun
malam disini adalah simbol dari warna kulit orang Afrika yaitu hitam.
Historical Context
Cerita ini berkaitan dengan kondisi di Afrika pada saat
itu yaitu maraknya tindak kriminal seperti pencurian. Hal ini dikarenakan
faktor sosial dan ekonomi pasca perang Afrika dimana tingkat kemiskinan disana
sangatlah tinggi.
Pesan Moral
The Will of
Allah mengajarkan kepada kita bahwa
manusia tak ada yang sempurna. Dan segala sesuatu yang tak terduga oleh kita
bisa saja terjadi atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu janganlah takut kepada
siapapun dan apapun melainkan hanya kepada Tuhan.
Unsur Intrinsik dalam Cerpen Civil Peace
Cerpen ini menceritakan seorang lelaki bernama Jonathan
yang sangat beruntung karena istri dan anak-anaknya selamat pasca perang
Nigeria yang terjadi pada saat itu. Ia sangat bersyukur karena selain keluarganya
masih hidup ia juga masih memiliki harta peninggalan yang menurutnya masih
sangat berharga seperti sepeda tua dan rumahnya yang sudah reot. Setelah perang
terjadi ia betahan hidup dengan berbagai cara seperti membuka bar untuk para tentara,
istrinya menjual kue dan anak-anaknya menjual buah mangga. Disini dapat kita
lihat bahwa tokoh Jonathan dan keluarganya memiliki sifat optimis, pekerja
keras, dan tidak mudah putus asa.
Jonathan dan keluarganya tidak melihat apa yang terjadi pasca perang sebagai
sebuah bencana akan tetapi mereka melihat itu sebagai peluang dan cambukan untuk
mengubah nasib mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini bisa dibuktikan
dengan semangat kerja mereka dalam mencari uang dan merenovasi rumah mereka
dengan berbagai cara. Diceritakan pula para pemerintah dan tentara yang pada
saat itu cenderung lebih mementingkan diri mereka sendiri dibanding rakyat sehingga Jonathan sendiri tidak percaya akan
para officers tersebut. Ini
dibuktikan dengan adanya kutipan yang menyatakan bahwa mengucapkan salam kepada
para pasukan militer tidaklah perlu. Di dalam cerpen ini juga terdapat tokoh
pencuri yang memaksa Jonathan memberikan uang pada malam hari. Mengapa para
pencuri tersebut memilih keluarga Jonathan sebagai alasan? Jawabannya tentu
saja bahwa Jonathan dan keluarganya dikenal sebagai para pekerja keras yang
membuka berbagai usaha demi menyambung hidup. Karena pada saat itu sedikit
sekali orang yang mau berusaha untuk memperbaiki nasib disebabkan oleh trauma
perang itu sendiri. Saat kasus pencurian itu diketahui banyak orang, tidak satu
pun orang yang benar-benar membantunya, baik itu polisi, pemerintah, maupun
para tetangganya. Para tetangganya digambarkan dalam cerpen ini hanya merasa
simpati kepada Jonathan tanpa berbuat apa-apa. Dan ketika malam dimana pencuri
memaksa Jonathan untuk memberikan uang kepada mereka, Jonathan
memanggil-manggil polisi dengan suara lantang tetapi para pencuri tersebut
tertawa mengejeknya. Berarti ini menunjukkan bahwa para pencuri tidaklah takut
dan khawatir akan orang yang mendengar teriakan Jonathan karena mereka tahu tak
akan ada seorang pun yang peduli terhadap teriakan Jonathan.
Sudut pandang dalam cerpen ini adalah orang ketiga serba
tahu. Dilihat dari cara penulisannya sang narator merupakan seorang wartawan
atau seseorang yang banyak tahu tentang konflik yang terjadi pada masa itu.
Tidak menutup kemungkinan juga sang narator mengalami sendiri apa yang
dirasakan oleh tokoh Jonathan dalam cerpen ini.
Alur dalam cerpen ini yaitu maju. Karena dalam cerpen ini
tidak menampilkan kejadian di masa lalu. Hanya lebih kepada kronologi kehidupan
Jonathan dari pasca perang hingga setelahnya. Dari gaya bahasa, cerpen ini
mengandung unsur jurnalistik dimana para tokoh dan latar diceritakan secara
detail dan memiliki ciri khas masing-masing sehingga menjadi semacam informasi
baru kepada pembaca dan menarik untuk disimak.
Simbolisme dalam Cerpen Civil Peace
Dalam cerpen ini terdapat simbol-simbol yang bisa kita
interpretasikan. Adapun simbol-simbol tersebut yaitu:
a.
Jonathan: Diartikan
sebagai rasa semangat, kerja keras, dan optimisme
b.
Istri dan
anak-anak: Diartikan sebagai bentuk kesetiaan, kasih sayang, dan penyemangat
c.
Pemerintah dan
tentara: Diartikan sebagai kesombongan, keangkuhan, dan apatisme terhadap
rakyat jelata
d.
Pencuri: Diartikan
sebagai kejahatan, ketamakan akan harta, dan hal-hal buruk yang bisa terjadi
kapan saja
e.
Tetangga: Diartikan
sebagai rasa peduli yang tak dibarengi dengan perbuatan
f.
Perang: Diartikan
sebagai kehidupan dunia yang keras
g.
Sepeda tua:
Diartikan sebagai sesuatu yang berharga dan patut untuk disyukuri
Historical Context
Cerpen ini ditulis setelah perang Nigeria dimana perang
tersebut memiliki pengaruh sosial dan ekonomi terhadap warga Nigeria pada saat
itu. Banyak keluarga mereka yang mati dan rumah mereka hancur akibat perang
itu. Sebagian dari mereka berputus asa, tapi sebagian dari mereka juga memiliki
rasa semangat untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.
Pesan Moral
Civil Peace mengajarkan
kita untuk selalu bersikap optimis dalam situasi apapun termasuk ketika dalam
kesulitan. Karena segala sesuatu memiliki resikonya sendiri. Yang harus kita
lakukan adalah menghadapi masalah tersebut dan menyelesaikannya secara
baik-baik tanpa menghindarinya. Karena sikap optimis dapat mengubah diri
seseorang menjadi sosok yang lebih penyabar dan bersemangat. Orang bijak adalah
orang yang melihat suatu masalah sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi
dan diselesaikan.
KESIMPULAN
Cerpen The Will of Allah dan Civil Peace merupakan contoh karya
sastra Anglophonic dari Afrika yang
menceritakan realita yaitu dampak dari konflik dan peperangan. Benua Afrika
merupakan bekas jajahan Inggris, oleh karena itu karya sastra yang ada
didalamnya bisa dikategorikan kedalam Anglophonic
Literature.
Persamaan
kedua cerpen ini yaitu penggambaran nyata akibat dari sebuah peperangan dan
sama-sama memiliki unsur kriminalitas yaitu pencurian. Adapun perbedaannya
adalah The Will of Allah menceritakan
tentang kehidupan dua orang pencuri sedangkan Civil Peace menceritakan tentang sebuah keluarga yang mengalami
kasus pencurian. Jadi, cerpen pertama cenderung menjelaskan sisi negatif,
sedangkan cerpen kedua sebaliknya.
Amanat
yang terkandung dalam kedua cerpen ini juga sangat jelas. Menyuruh manusia agar
selalu bersyukur dalam situasi apapun dan mengingatkan kita bahwa manusia
adalah makhluk yang tak luput dari kesalahan. Tak ada yang sempurna melainkan
Tuhan. Janganlah merasa sombong atau berkecil
hati dengan keadaan kita yang sekarang karena sesungguhnya roda kehidupan terus
berputar. Ada kalanya kita merasa senang dan ada kalanya juga kita susah.
Really useful. Tq:)
BalasHapuskak, saya izin pake ini buat tugas saya ya
BalasHapus