Rabu, 13 Januari 2016

Anglophonic Literature dalam Cerpen "The Will of Allah" dan "Civil Peace"


Mengenal apa itu Anglophonic Literature from Africa
            Anglophonic Literature adalah karya sastra yang ditulis dalam bahasa Inggris dan berada di daerah bekas jajahan Britania Raya. Contohnya dalam cerpen The Will of Allah dan Civil Peace yang memiliki latar di salah satu daerah di Afrika. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Afrika merupakan bekas jajahan Inggris.
            Tidak menutup kemungkinan karya sastra tersebut memiliki keterkaitan secara historis dengan Britania Raya dan mengadopsi karya-karya sastra dari Inggris itu sendiri dalam hal teknik penulisan. 
            Kami kan membahas tentang  The Will of Allah karya David Owoleye dan Civil Peace karya Chinua Achebe yang merupakan termasuk dalam Anglophonic Literature from Africa dari mulai unsur intrinsik, Simbolisme, Historical context, dan pesan moral yang terkandung dalam kedua cerpen ini.
           


Unsur Intrinsik dalam Cerpen The Will of Allah
            Cerpen karya David Owoyele ini memiliki unsur spiritual yang kental. Dilihat dari judulnya saja kita bisa menyimpulkan demikian. Menceritakan dua sekawan bernama Sule dan Dogo. Mereka adalah pencuri yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Sudah berapa rumah yang mereka singgahi dan sudah berapa korban yang mereka kecewakan.
Sule digambarkan sebagai tokoh yang lebih dominan dibandingkan tokoh Dogo. Terlepas dari profesinya sebagai pencuri, Sule merupakan sosok yang agamis. Hal ini dapat diketahui dari kutipan berikut: A darting tongue of lightning lit up the overcast sky for a second. Sule glanced up. 'Sure it looks like rain. But you do not say: It will rain. You are only a mortal. You only say: If it is the will of Allah, it will rain.' Sule was a deeply religious man, according to his lights. His religion forbade being dogmatic or prophetic about the future, about anything. His fear of Allah was quite genuine. It was his firm conviction that Allah left the question of a means of livelihood for each man to decide for himself. Allah, he was sure, gives some people more than they need so that others with too little could help themselves to some of it. It could certainly not be the intention of Allah that some stomachs remain empty while others are overstuffed. Kita bisa mengetahui bahwa Sule adalah sosok yang taat dalam beragama dari segi narrative dan dramatic (dialog). Berbeda dengan Sule, Dogo merupakan sosok yang berpostur pendek, memiliki sifat yang lugu dan menyebalkan. Hal ini dapat diketahui dari kutipan berikut: 'How can you be sure?' 'Sure?' said Dogo, annoyance and impatience in his voice. Dogo is the local word for tall. This man was thickset, short and squat, anything but tall.
Hal menarik yang terdapat dalam cerpen ini adalah keteguhan hati Sule dalam memegang prinsip bahwa tidak ada yang perlu ditakuti selain Allah. Ada dialog dimana Sule dihakimi di pengadilan karena ketahuan mencuri dan ia menjawab pertanyaan hakim dengan jawaban yang nyeleneh tetapi benar dan membuat hakim bingung. Seperti dalam kutipan You and your type constitute a threat to life and property and this court will always see to it that you get your just deserts, according to the Law.' The judge had then fixed him with a stern gaze, which Sule coolly returned: he had stared into too many so- called judges' eyes to be easily intimidated. Besides, he feared no-thing and no one except Allah. The judge thrust his legal chin forward. 'Do you never pause to consider that the road of crime leads only to frustration, punishment and suffering? You look fit enough for anything. Why don't you try your hand at earning an honest living for a change?' Sule had shrugged his broad shoulders. 'I earn my living the only way I know,' he said. 'The only way I've chosen.
Cerpen ini memiliki sudut pandang orang ketiga dimana sang narator memperlakukan kedua tkoh utama dalam cerpen ini dengan adil. Kedua tokoh ini dimunculkan sisi baik dan buruk mereka dengan jelas.
Adapun alur yang terdapat pada cerpen ini adalah maju-mundur-maju. Ini dibuktikan dengan pembuka yang menggambarkan keadaan mereka pada saat itu yaitu pada malam hari yang diterangi bulan, seketika itu cuaca berubah menjadi mendung. Lalu dilanjutkan dengan alur mundur yaitu ketika Sule disidang oleh hakim di pengadilan karena kasus pencurian. Itu merupakan penggambaran betapa seringnya Sule keluar masuk bui dan ia sudah menganggap penjara seperti rumahnya sendiri. Setelah itu, alur kembali maju yaitu ketika mereka menyebrangi sungai menuju pemukiman warga untuk mencuri.


Simbolisme dalam Cerpen The Will of Allah
Cerita ini juga memiliki berbagai simbol yang bisa kita interpretasikan. Adapun simbol-simbol yang terdapat dalam cerpen ini yaitu:
a.       Sosok Sule: merupakan simbol keberanian dan sosok manusia pada kehidupan nyata yang memiliki dua sisi berlawanan, baik dan buruk.
b.      Sosok Dogo: merupakan simbol keluguan. Dalam sikap lugu dari tokoh Dogo menggambarkan hakikat manusia yang jauh dari sempurna.
c.       Hujan dan kematian: menggambarkan suatu kejadian atau tragedi yang bisa terjadi kapan saja tanpa diduga-duga oleh manusia. Dalam cerpen ini hujan diinterpretasikan sebagai kematian kedua tokoh tersebut.
d.      Ular dan malam: Ular disini diartikan sebagai orang Afrika itu sendiri. Kami menginterpretasikan bahwa penulis berusaha menyampaikan pesan kepada para pembaca bahwa bangsa Afrika merupakan bangsa kulit hitam yang gelap dan membahayakan. Oleh karena itu, janganlah menganggap remeh orang Afrika. Adapun malam disini adalah simbol dari warna kulit orang Afrika yaitu hitam. 


Historical Context
            Cerita ini berkaitan dengan kondisi di Afrika pada saat itu yaitu maraknya tindak kriminal seperti pencurian. Hal ini dikarenakan faktor sosial dan ekonomi pasca perang Afrika dimana tingkat kemiskinan disana sangatlah tinggi.


Pesan Moral
            The Will of Allah mengajarkan kepada kita bahwa manusia tak ada yang sempurna. Dan segala sesuatu yang tak terduga oleh kita bisa saja terjadi atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu janganlah takut kepada siapapun dan apapun melainkan hanya kepada Tuhan.



Unsur Intrinsik dalam Cerpen Civil Peace
            Cerpen ini menceritakan seorang lelaki bernama Jonathan yang sangat beruntung karena istri dan anak-anaknya selamat pasca perang Nigeria yang terjadi pada saat itu. Ia sangat bersyukur karena selain keluarganya masih hidup ia juga masih memiliki harta peninggalan yang menurutnya masih sangat berharga seperti sepeda tua dan rumahnya yang sudah reot. Setelah perang terjadi ia betahan hidup dengan berbagai cara seperti membuka bar untuk para tentara, istrinya menjual kue dan anak-anaknya menjual buah mangga. Disini dapat kita lihat bahwa tokoh Jonathan dan keluarganya memiliki sifat optimis, pekerja keras, dan tidak  mudah putus asa. Jonathan dan keluarganya tidak melihat apa yang terjadi pasca perang sebagai sebuah bencana akan tetapi mereka melihat itu sebagai peluang dan cambukan untuk mengubah nasib mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini bisa dibuktikan dengan semangat kerja mereka dalam mencari uang dan merenovasi rumah mereka dengan berbagai cara. Diceritakan pula para pemerintah dan tentara yang pada saat itu cenderung lebih mementingkan diri mereka sendiri dibanding rakyat  sehingga Jonathan sendiri tidak percaya akan para officers tersebut. Ini dibuktikan dengan adanya kutipan yang menyatakan bahwa mengucapkan salam kepada para pasukan militer tidaklah perlu. Di dalam cerpen ini juga terdapat tokoh pencuri yang memaksa Jonathan memberikan uang pada malam hari. Mengapa para pencuri tersebut memilih keluarga Jonathan sebagai alasan? Jawabannya tentu saja bahwa Jonathan dan keluarganya dikenal sebagai para pekerja keras yang membuka berbagai usaha demi menyambung hidup. Karena pada saat itu sedikit sekali orang yang mau berusaha untuk memperbaiki nasib disebabkan oleh trauma perang itu sendiri. Saat kasus pencurian itu diketahui banyak orang, tidak satu pun orang yang benar-benar membantunya, baik itu polisi, pemerintah, maupun para tetangganya. Para tetangganya digambarkan dalam cerpen ini hanya merasa simpati kepada Jonathan tanpa berbuat apa-apa. Dan ketika malam dimana pencuri memaksa Jonathan untuk memberikan uang kepada mereka, Jonathan memanggil-manggil polisi dengan suara lantang tetapi para pencuri tersebut tertawa mengejeknya. Berarti ini menunjukkan bahwa para pencuri tidaklah takut dan khawatir akan orang yang mendengar teriakan Jonathan karena mereka tahu tak akan ada seorang pun yang peduli terhadap teriakan Jonathan.
            Sudut pandang dalam cerpen ini adalah orang ketiga serba tahu. Dilihat dari cara penulisannya sang narator merupakan seorang wartawan atau seseorang yang banyak tahu tentang konflik yang terjadi pada masa itu. Tidak menutup kemungkinan juga sang narator mengalami sendiri apa yang dirasakan oleh tokoh Jonathan dalam cerpen ini.
            Alur dalam cerpen ini yaitu maju. Karena dalam cerpen ini tidak menampilkan kejadian di masa lalu. Hanya lebih kepada kronologi kehidupan Jonathan dari pasca perang hingga setelahnya. Dari gaya bahasa, cerpen ini mengandung unsur jurnalistik dimana para tokoh dan latar diceritakan secara detail dan memiliki ciri khas masing-masing sehingga menjadi semacam informasi baru kepada pembaca dan menarik untuk disimak.


Simbolisme dalam Cerpen Civil Peace
            Dalam cerpen ini terdapat simbol-simbol yang bisa kita interpretasikan. Adapun simbol-simbol tersebut yaitu:
a.       Jonathan: Diartikan sebagai rasa semangat, kerja keras, dan optimisme
b.      Istri dan anak-anak: Diartikan sebagai bentuk kesetiaan, kasih sayang, dan penyemangat
c.       Pemerintah dan tentara: Diartikan sebagai kesombongan, keangkuhan, dan apatisme terhadap rakyat jelata
d.      Pencuri: Diartikan sebagai kejahatan, ketamakan akan harta, dan hal-hal buruk yang bisa terjadi kapan saja
e.       Tetangga: Diartikan sebagai rasa peduli yang tak dibarengi dengan perbuatan
f.       Perang: Diartikan sebagai kehidupan dunia yang keras
g.      Sepeda tua: Diartikan sebagai sesuatu yang berharga dan patut untuk disyukuri

           
Historical Context
            Cerpen ini ditulis setelah perang Nigeria dimana perang tersebut memiliki pengaruh sosial dan ekonomi terhadap warga Nigeria pada saat itu. Banyak keluarga mereka yang mati dan rumah mereka hancur akibat perang itu. Sebagian dari mereka berputus asa, tapi sebagian dari mereka juga memiliki rasa semangat untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.


Pesan Moral
            Civil Peace mengajarkan kita untuk selalu bersikap optimis dalam situasi apapun termasuk ketika dalam kesulitan. Karena segala sesuatu memiliki resikonya sendiri. Yang harus kita lakukan adalah menghadapi masalah tersebut dan menyelesaikannya secara baik-baik tanpa menghindarinya. Karena sikap optimis dapat mengubah diri seseorang menjadi sosok yang lebih penyabar dan bersemangat. Orang bijak adalah orang yang melihat suatu masalah sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan.      



  
KESIMPULAN

            Cerpen The Will of Allah dan Civil Peace merupakan contoh karya sastra Anglophonic dari Afrika yang menceritakan realita yaitu dampak dari konflik dan peperangan. Benua Afrika merupakan bekas jajahan Inggris, oleh karena itu karya sastra yang ada didalamnya bisa dikategorikan kedalam Anglophonic Literature.
            Persamaan kedua cerpen ini yaitu penggambaran nyata akibat dari sebuah peperangan dan sama-sama memiliki unsur kriminalitas yaitu pencurian. Adapun perbedaannya adalah The Will of Allah menceritakan tentang kehidupan dua orang pencuri sedangkan Civil Peace menceritakan tentang sebuah keluarga yang mengalami kasus pencurian. Jadi, cerpen pertama cenderung menjelaskan sisi negatif, sedangkan cerpen kedua sebaliknya.

            Amanat yang terkandung dalam kedua cerpen ini juga sangat jelas. Menyuruh manusia agar selalu bersyukur dalam situasi apapun dan mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang tak luput dari kesalahan. Tak ada yang sempurna melainkan Tuhan.  Janganlah merasa sombong atau berkecil hati dengan keadaan kita yang sekarang karena sesungguhnya roda kehidupan terus berputar. Ada kalanya kita merasa senang dan ada kalanya juga kita susah.

2 komentar: