Minggu, 18 Desember 2016

Baca, yuk!

“Menurut data dari The Organization for Ecocomic Co-operation and Development (OECD), budaya membaca masyarakat Indonesia berada di peringkat teredah di antara 52 negara di Asia.
Unesco melaporkan pada 2012 kemampuan membaca anak-anak dalam setahun rata-rata menghabiskan 25 buku, sedangkan Indonesia mencapai titik terendah: 0 persen.
Artinya, drai 1000 anak Indonesia, hanya satu yang mampu menghabiskan satu buku dalam setahun.
Ini persoalan penting, ini perkara genting. Soal  minat baca memang terlihat tidak semendesak soal energi atau pangan. Tapi bagaimana menyiapkan masa depan negeri ini jika tingkat literasi begitu rendah?” Begitulah kata Najwa Shihab dalam harian Kompas, 18 Agustus 2016 bertepatan dengan hari aksara internasional.
                Tanpa kita sadari negara kita menduduki peringkat paling rendah dalam minat baca dan tulis. Ini bukan persoalan sepele mengingat sebuah peradaban bisa dilihat maju atau tidaknya dari minat masyarakatnya akan literasi. Jika hal yang paling mudah seperti membaca saja masih rendah, bagaimana dengan memperbaiki negara? Jika masyarakatnya malas membaca bagaimana dengan memperbaiki pemerintahan? Jika masyarakatnya lebih asyik memainkan gadget dan belanja barang-barang bermerk ketimbang membaca buku, bagaimana dengan memperbaiki perekonomian negara?
                Membaca memang tidak membuat yang lapar menjadi kenyang. Akan tetapi lebih dari itu, membaca buku dapat menambah wawasan seseorang bagaimana menyikapi persoalan ekonomi seperti kemiskinan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
                Mungkin, salah satu penyebab rendahnya kebiasaan membaca di negara kita adalah pola pikir masyarakatnya yang menganggap bahwa membaca itu tidak penting. Lebih baik kerja keras, banting tulang sehingga menghasilkan uang ketimbang duduk nyaman sambil membaca buku. Ya, pola pikir ini sekilas biasa saja. Tapi tentu saja tidak sebiasa itu.
                Kita kenal dengan Soekarno, BJ. Habibie, Gus Dur, Quraish Shihab, dan tokoh-tokoh besar lainnya yang hidup di negara kita. Mereka adalah orang yang mnghargai ilmu. Begitu menghargainya mereka sangat mencintai buku. Kegemaran mereka akan membaca tidak perlu ditanyakan lagi. Lantas kita? Orang-orang biasa saja pantaskah berbicara bahwa membaca itu tidak penting? Apakah kita tidak terlihat sombong dengan mengatakan hal seperti itu?
                Wahyu pertama yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada RasulNya adalah ‘Iqra’ yang berarti ‘bacalah!’. Satu kata ini merupakan kata kerja tanpa subjek maupun objek sebelum dan sesudahnya. Sehingga dalam bahasa Arab sendiri kata ini merujuk pada kalimat perintah. Sudah barang tentu Allah menurunkan ayatNya dengan kata ‘Bacalah!’ bukan tanpa alasan. Mengapa ayat yang diturunkan pertama bukan ‘Sembahlah’ atau ‘Sholatlah’?
                Tentu saja karena membaca merupakan pondasi awal untuk menciptakan manusia yang beradab dab beriman. Beradab berarti memiliki pola pikir cerdas, mengetahui nilai dan makna, bisa membedakan mana yang baik dan benar, dan berlaku baik terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan beriman berarti memercayai apa yang tidak terlihat dengan mata. Adapun puncak beradab dan berimannya manusia adalah ketika ia sadar bahwa dirinya ada yang menciptakan, ketika ia sadar bahwa ada yang melebihi dirinya yaitu Allah.
                Ya, tentunya kebiasaan membaca tidak dapat dipaksakan begitu saja apalagi kepada para orang dewasa. Tapi bukan tidak mungkin jika kebiasaan membaca ini dibiasakan sesegera mungkin. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Untuk para orang tua sebaiknya sudah mengenalkan buku-buku kepada anak-anaknya sejak usia dini, sehingga anak-anak akan terbiasa dengan membaca nantinya.

                Berbahasa berarti berbudaya. Berbudaya berarti memiliki peradaban. Peradaban yang besar terbentuk karena budaya yang kuat. Budaya yang kuat mencerminkan masyarakat yang cerdas. Cerdas berbudaya, bersosial, berpendidikan, berniaga, bekerja, dan beragama. Dan semua itu terwujudkan jika masyarakatnya memiliki minat baca yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar